Anggota Dewan Institut Australia–Indonesia, Rob Law, menekankan bahwa meskipun hubungan ekonomi antara Indonesia dan Australia memiliki potensi yang sangat besar, pengembangan keduanya masih jauh dari optimal. Terjadi ketimpangan dalam pemanfaatan peluang, yang disebabkan oleh pola pikir pelaku bisnis Australia yang lebih memilih pasar-pasar tradisional.
Amerika Serikat dan Tiongkok terus menjadi tujuan utama ekspansi bisnis mereka. Kedua negara tersebut tidak hanya diketahui luas oleh para pelaku bisnis, tetapi juga menawarkan skala pasar yang lebih besar, menjadikannya terlihat lebih aman untuk dilakukan investasi.
Menurut Law, rendahnya minat perusahaan Australia untuk memasuki pasar Indonesia bukan disebabkan oleh kurangnya peluang, melainkan kurangnya kesadaran yang mendalam tentang potensi tersebut. Banyak perusahaan besar Australia lebih memilih untuk tetap fokus pada pasar domestik dan enggan mengeksplorasi pasar luar negeri.
Menjelajahi Potensi Ekonomi Indonesia yang Nyata
Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan lebih dari 270 juta penduduk, Indonesia seharusnya menjadi fokus bagi pelaku bisnis Australia. Namun, persepsi bahwa Indonesia memiliki jarak budaya yang signifikan dan ketidakpastian regulasi sering kali mengaburkan peluang tersebut.
Mindset tersebut jelas menjadi hambatan yang besar dalam memperkuat hubungan dagang dan investasi antara kedua negara. Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya bagi para pelaku bisnis Australia untuk mengganti cara pandang mereka terhadap Indonesia.
Tanpa adanya perubahan pola pikir dan pendekatan baru, kerjasama ekonomi bilateral tidak akan berkembang meski potensi yang ada sebenarnya sangat besar. Para pelaku bisnis Australia perlu membuka mata dan menyadari banyaknya kesempatan yang menunggu.
Hambatan-Hambatan dalam Membangun Hubungan Bisnis Antara Kedua Negara
Salah satu hambatan terpenting adalah kecenderungan pelaku bisnis Australia untuk memilih pasar yang lebih familiar. Ketika mempertimbangkan ekspansi, mereka sering kali lebih memilih Amerika Serikat atau Tiongkok sebagai tujuan utama.
Persepsi ini diperkuat oleh pengalaman yang lebih luas di kawasan tersebut. Sebaliknya, Indonesia mungkin dianggap sebagai pasar yang berisiko karena ketidakpastian yang terkait dengan regulasi dan norma-norma bisnis.
Pendekatan yang lebih mendalam terhadap pemahaman tentang pasar Indonesia menjadi esensial bagi pelaku bisnis Australia. Kebutuhan untuk meluangkan waktu agar lebih memahami budaya dan nuansa pasar lokal tidak boleh diabaikan.
Strategi untuk Meningkatkan Kerjasama Ekonomi
Penting bagi kedua negara untuk merumuskan strategi yang efektif guna meningkatkan kerjasama ekonomi. Dialog yang lebih intensif dan program pertukaran bisnis dapat membantu menjembatani kesenjangan antara para pelaku bisnis di kedua negara.
Peran pemerintah dalam menciptakan kebijakan yang mendukung investasi dan perdagangan juga sangat krusial. Dengan menciptakan iklim usaha yang lebih positif, kedua negara dapat meningkatkan daya tarik satu sama lain di mata para investor.
Pelaku bisnis Australia harus didorong untuk melihat Indonesia sebagai peluang yang menjanjikan, dan bukan hanya sebagai tantangan. Ini bisa dilakukan melalui seminar, workshop, dan misi dagang yang bertujuan untuk mempromosikan potensi yang ditawarkan oleh Indonesia.

